Selasa, 25 Juni 2013

pacaran di usia remaja


Masa remaja adalah masa dimana seorang anak sedang mencari jati dirinya, banyak remaja sekarang yang sudah mengenal cinta (pacaran), diusia remaja sangat rentan untuk mengenal arti pacaran, maka bisa dibilang cinta mereka hanya sebatas cinta monyet. Tidak selayaknya remaja berpacaran, karena menurut saya mereka belum bisa menjaga atau mengontrol dirinya dan belum cukup dewasa untuk berpacaran. Kalau bicara soal umur berapa seseorang dapat mengenal pacaran, tidak diukur dengan umur tapi dilihat dari sisi kedewasaan seseorang menjalin hubungan dengan lawan jenis, karena berapapun umur seseorang tidak dapat menjamin kedewasaannya. Mengapa saya katakan kedewasaan sangat penting untuk memulai suatu hubungan, karena kedewasaan yang membawa seseorang untuk melihat masa depan, banyak anak remaja yang berpacaran putus ditengah jalan, itu sangat mengganggu mental atau otaknya. Dikarenakan meraka belum sanggup untuk berkomitmen lebih jauh tentang hubungan mereka.

Cinta kepada orang tua jauh lebih penting dibandingkan cinta kepada lawan jenis . banyak orang tua sekarang cemburu melihat anaknya berpacaran, karena menurut orang tua anak yang sedang kasmaran lebih tertutup dan menjauh dari orang tuanya, dan juga dapat mengganggu pendidikan disekolahnya. Maka dari itu saya setuju dengan orang tua yang ikut andil dalam percintaan anaknya, karena orang tua ingin menjaga dan mengontrol setiap tumbuh kembang anaknya. Salah jika anak berpikiran bahwa orang tua tidak mengerti apa mau si anak, padahal orang tua hanya ingin yang terbaik untuk anaknya.bicara soal Kekerasan dalam berpacaran atau yang sering disebut dating violence , ini sering dialami oleh salah satu orang dari sepasang kekasih, kekerasan itu tidak hanya kekerasan fisik (contoh : memukul, menampar, menendang, mendorong, mencengkram dengan keras pada tubuh pasangannya)  tapi juga kekerasan psikologis (contoh : mengancam, memanggil dengan sebutan yang dapat mempermalukan pasangannya, menjelek-jelekannya,dll) ada juga kekerasan ekonomi (contoh: meminta pasangan untuk mencukupi segala keperluan hidupnya (memanfaatkan pasangan untuk hal ekonomi) dan yang terakhir ada kekerasan seksual (contoh : memeluk, mencium, meraba, hingga memaksakan hubungan seksual dengan ancaman.

Selain itu ada juga tindakan stalking seperti mengikuti, membututi,dan serangkaian aktivitas yang mengganggu privasi dan membatasi aktivitas sehari-hari pasangannya. Kita dapat merasakan apabila salah satu dari contoh kekerasan tersebut pernah kita alami, disitulah kita akan merasakan kekerasan itu. Masalah kekerasan dapat diselesaikan dengan cara berbicara dengan baik kepada pasangan bahwa kita tidak ingin membangun suatu hubungan didasari dengan kekerasan, buat dia mengerti dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Berdoa kepada Allah SWT dan meminta pendapat kepada orang-orang yang dapat dipercaya untuk bisa menemukan jalan kaluar masalah tersebut. Dan apabila cara ini tidak berhasil, tidak ada salahnya kita melaporkan ke komnas HAM dan mendatangi psikolog untuk menenangkan diri setelah mendapatkan salah satu kekerasan dari pasangan.

Nama  : Dina Aqmarina
NPM    : 22210056
Kelas   : 3eb22