Masa remaja adalah masa dimana seorang anak sedang mencari
jati dirinya, banyak remaja sekarang yang sudah mengenal cinta (pacaran), diusia
remaja sangat rentan untuk mengenal arti pacaran, maka bisa dibilang cinta
mereka hanya sebatas cinta monyet. Tidak selayaknya remaja berpacaran, karena
menurut saya mereka belum bisa menjaga atau mengontrol dirinya dan belum cukup
dewasa untuk berpacaran. Kalau bicara soal umur berapa seseorang dapat mengenal
pacaran, tidak diukur dengan umur tapi dilihat dari sisi kedewasaan seseorang
menjalin hubungan dengan lawan jenis, karena berapapun umur seseorang tidak
dapat menjamin kedewasaannya. Mengapa saya katakan kedewasaan sangat penting
untuk memulai suatu hubungan, karena kedewasaan yang membawa seseorang untuk
melihat masa depan, banyak anak remaja yang berpacaran putus ditengah jalan,
itu sangat mengganggu mental atau otaknya. Dikarenakan meraka belum sanggup
untuk berkomitmen lebih jauh tentang hubungan mereka.
Cinta kepada orang tua jauh lebih penting dibandingkan cinta
kepada lawan jenis . banyak orang tua sekarang cemburu melihat anaknya
berpacaran, karena menurut orang tua anak yang sedang kasmaran lebih tertutup
dan menjauh dari orang tuanya, dan juga dapat mengganggu pendidikan
disekolahnya. Maka dari itu saya setuju dengan orang tua yang ikut andil dalam
percintaan anaknya, karena orang tua ingin menjaga dan mengontrol setiap tumbuh
kembang anaknya. Salah jika anak berpikiran bahwa orang tua tidak mengerti apa
mau si anak, padahal orang tua hanya ingin yang terbaik untuk anaknya.bicara
soal Kekerasan dalam berpacaran atau yang sering disebut dating violence , ini sering dialami oleh salah satu orang dari
sepasang kekasih, kekerasan itu tidak hanya kekerasan
fisik (contoh : memukul, menampar, menendang, mendorong, mencengkram dengan
keras pada tubuh pasangannya) tapi juga kekerasan psikologis (contoh : mengancam,
memanggil dengan sebutan yang dapat mempermalukan pasangannya, menjelek-jelekannya,dll)
ada juga kekerasan ekonomi (contoh:
meminta pasangan untuk mencukupi segala keperluan hidupnya (memanfaatkan
pasangan untuk hal ekonomi) dan yang terakhir ada kekerasan seksual (contoh : memeluk, mencium, meraba, hingga
memaksakan hubungan seksual dengan ancaman.
Selain itu ada juga tindakan stalking seperti mengikuti,
membututi,dan serangkaian aktivitas yang mengganggu privasi dan membatasi
aktivitas sehari-hari pasangannya. Kita dapat merasakan apabila salah satu dari
contoh kekerasan tersebut pernah kita alami, disitulah kita akan merasakan
kekerasan itu. Masalah kekerasan dapat diselesaikan dengan cara berbicara
dengan baik kepada pasangan bahwa kita tidak ingin membangun suatu hubungan
didasari dengan kekerasan, buat dia mengerti dan berjanji tidak akan
mengulanginya lagi. Berdoa kepada Allah SWT dan meminta pendapat kepada
orang-orang yang dapat dipercaya untuk bisa menemukan jalan kaluar masalah
tersebut. Dan apabila cara ini tidak berhasil, tidak ada salahnya kita
melaporkan ke komnas HAM dan mendatangi psikolog untuk menenangkan diri setelah
mendapatkan salah satu kekerasan dari pasangan.