Minggu, 08 Juni 2014

Akuntansi Internasional : Eksposur dan Akuntansi Valas

EKSPOSUR DAN AKUNTANSI VALAS

1. Defenisi
Economic Exposure menunjukkan dampak prosentase perubahan  nilai kurs dan faktor lainnya terhadap prosentase perubahan arus kas perusahaan yang merupakan cerminan dari nilai perusahaan (Alan C. Saphiro;1996, 277). Economic Exposure terdiri dari operating exposure dan transaction exposure.Sedangkan Vicenteu Covrig (1999) mendefinisikan Economic Exposure dengan “The effect of random changes in exchange rates on the firm’s competitive position, future sales, costs, cash flows.” Berdasarkan uraian di atas, pengukuran economic exposure dari suatu perusahaan membutuhkan perspektif jangka panjang, yaitu memandang perusahaan akan terus beroperasi atau ongoing concerndimana biaya dan harga yang kompetitif dapat dipengaruhi oleh perubahan kurs mata uang. Oleh karena itu pengukuran economic exposure merupakan tugas yang tidak mudah, yang membutuhkan kemampuan untuk meramalkan nilai dan kepekaan arus kas di masa yang akan datang terhadap nilai tukar.Economic exposureterkait erat dengan fluktuasi kurs untuk jangka waktu yang panjang. Pengaruhnya di ukur terhadap indikator keekonomian yang terutama adalah Net Present Value (NPV) dan IRR. Adanya gejolak kurs akan menyebabkan perubahan pendapatan dan pengeluaran dan berpengaruh langsung terhadap keuntungan aliran kas saat ini. Jadi tingkatan dimana present value dan arus kas perusahaan dapat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar disebut dengan economic exposure
.
2. Pengelolaan Economic Exposure
Tujuan dari pengelolaan economic exposure menurut Eiteman (1995; 230) adalah untuk mengantisipasi dan mempengaruhi efek dari perubahan yang tidak diharapkan dari nilai tukar terhadap arus kas perusahaan di masa yang akan datang. Untuk menganalisa economic exposure
dan menentukan strategi yang harus diambil di dalam menghadapi economic exposure, langkah-
langkah yang perlu dilaksanakan menurut Alan C. Saphiro (1996), adalah :

a.       Memperhitungkan real axchange rate
b.      Memperhatikan situasi persiangan antar perusahaan, antara lain bagaimana posisi perusahaan saat ini, apakah perusahaan sebagai market leader atau market follower
c.       Memperhatikan jangka waktu perubahan kurs, apakah perubahan kurs akan berlangsung dalam jangka waktu pendek atau panjang.
d.      Menanggapi perubahan kurs dengan secara proaktif dan memilih strategi yang meliputi :
a.       Marketing : Market selection, product strategy, pricing strategy promotional strategy
b.      Production : Product sourcing, input mix, plant location, raising Productivity
c.       Financial : Source of fund natural hedge, currency swaps.
d.      Memperhitungkan nilai compound stock di negara tersebut.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Economic Exposure
Masih menurut Profesor Alan C. Saphiro (1996), ada beberapa faktor yang mempengaruhi Eksposur Ekonomi, yakni :
a.Dimana perusahaan menjual produknya (dalam atau luar negeri).
b.Kompetitor utama perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri
c.Kepekaan permintaan barangterhadap harga (elastis atau inelastis).
d.Dimana perusahaan memproduksi produknya (di dalam atau di luar
negeri).
e.Input perusahaan berasal dari dalam atau dari luar negeri
f.Bagaimana penetapan harga input atau outputnya (ditetapkan berdasarkan harga pasar dunia atau pasar domestik.
g.Inflasi dengan melihat prosentase perubahan IHK. (Saphiro 1996;291).

Hal lain yang dapat mempengaruhi economic exposure secara tidak langsung adalah espektasi terhadap faktor-faktor perekonomian antara lain tingkat bunga dan inflasi. Tingkat bunga akan naik dengan semakin melemahnya nilai suatu mata uang. Hal ini biasanya terjadi karena untuk mengimbangi melemahnya nilai suatu mata uang, tingkat bunga pun dinaikan sehingga real value dari suatu investasi tidak berubah dan investor asing tidak melarikan dananya ke luar negeri. Hal ini sesuai dengan Fischer Effect, dimana tingkat bunga yang tinggi tentunya akan berpengaruh negatif pada perusahaan yang memiliki hutang. Demikian pula dengan inflasi, berdasarkan teori Purchasing Power Parity, semakin melemahnya nilai suatu mata uang akan diikuti oleh kenaikan inflasi. Tingkat bunga akan naik dengan semakin melemahnya nilai suatu mata uang. Hal ini biasanya terjadi karena untuk mengimbangi melemahnya nilai suatu mata uang, tingkat bunga pun dinaikan sehingga real value dari suatu investasi tidak berubah dan investor asing tidak melarikan dananya ke luar negeri. Hal ini sesuai dengan Fischer Effect, dimana tingkat bunga yang tinggi tentunya akan berpengaruh negatif pada perusahaan yang memiliki hutang.


Nama : Dina Aqmarina
NPM  : 22210056
Kelas  : 4EB22
Mata Kuliah : Akuntansi Internasional









Tidak ada komentar:

Posting Komentar